Kamis, 14 Mei 2020

SISTEM AKUNTASI BIAYA MENURUT PESANAN

     PENETAPAN SISTEM AKUNTANSI MENURUT PESANAN


AKUNTANSI BIAYA : METODE PENCATATAN HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER ...

Dalam menghitung biaya produksi terdapat dua sistem perhitungan yakni sistem perhitungan berdasarkan pesanan (job order costing) dan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing). Tujuan dari kedua sistem perhitungan biaya tersebut sama yakni untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya yang digunakan sebaiknya ekonomis dalam pengoperasiannya.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing atau job costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain. Misalnya, jika suatu percetakan secara simultan mempersiapkan pesanan untuk label, kertas kado berwarna, dan gambar tempel, maka selain pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan tampilan fisiknya, biaya per unit pesanan-pesanan tersebut juga berbeda, sehingga perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan.
Sekilas Mengenai Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesenan 

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan persanan (job order costing atau job costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pemesanan (job) yang terpisah. Suatu pemesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenihi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Agar perhitungan biaya berdasarkan pesanan menjadi efektif, pesanan harus dapat diidentifikasikan secara terpisah. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya perunit suatu pesanan dengan pesanan lain. Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalm kartu biaya pesanan (job cost sheet), yang dapat berbentuk kertas atau elektronik.


BAHAN MENTAH (RAW MATERIALS)    

Akuntasi persediaan di buku besar untuk perlengkapan, bahan baku langsung, dan bahan baku tidak langsung bisa saja terpisah. Berawal dengan adanya pesanan, maka departemen yang bertugas melaksanakan pesanan tersebut membuat perencanaan terlebih dahulu yaitu rencana produksi yang memuat antara lain : Bahan baku yang dibutuhkan dengan Surat Permintaan Pembelian (Purchases Requisition). Surat permintaan pembelian ini sebagi pedoman pembelian untuk melaksanankan pemesanan atau dasar untuk mengirim Order Pembelian (Purchase Order).

Selanjutnya petugas pembelian setibanya pesanan akan mengadakan pemeriksaan, apakah jumlah tersebut sesuai atau tidak dengan pesanan yang dilakukan, setelah mendapat persetujuan. Bagian pembelian mengeluarkan Bukti Penerimaan Bahan (Receiving Report) yang memuat jumlah keadaan barang yang diterima. Penerimaan ini dicatat dengan mendebit perkiraan Bahan Baku (material) dan sebaliknya untuk perkiraan Hutang Dagang (Kas dicatat disebelah kredit). 


Untuk pencatatan bahan baku sebaiknya diterapkan sistem balance permanen, karena akan diperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut :
1.      Memungkinkan perhitungan persediaan secara phisik dapat dilaksanakan secara merata dan tidak menumpuknya pekerjaan pada akhir periode.
2.      Penetapan pembebanan bahan baku ke pekerjaan dan biaya fabrikase dapat dilakukan secara tepat dan cepat.
3.      Keuntungan lainya untuk mengetahui perbedaan-perbedaan antara jumlah sebenarnya dengan jumlah menurut pembukuan.


UPAH (WAGES)

Upah buruh adalah biaya yang tidak berwujud, tidak seperti pemakaian bahan baku maka untuk sistem ini harus dilaksanankan dengan seksama mengenai perlakuakn upah langsung, agar :
1.      Dapat ditetapkan ujumlah yang tepat mengenai upah yang harus dibayarkan kepada buruh di dalam periode pembayaran upah.
2.      Pembebanan yang tepat atas biaya buruh ke perkiraan Biaya Fabrikase dan ke masing-masing pesanan.
Jumlah jam kerja para buruh biasanya dicatat ke dalam kartu jam (stock card) yang disebut juga dengan kartu keluar masuk (in and out cards). Jam kerja dari setiap buruh untuk setiap pekerjaan atau biaya fabrikase dicatat dalam kartu waktu (time ticket/ time card).


BARANG DALAM PROSES (WORK IN PROSESS)

Untuk menyelesaikan suatu produk terdapat 3 unsur biaya yaitu :
1.      Bahan Langsung (Direct Materials)
2.      Upah Langsung (Direct Labor)
3.      Biaya Fabrikase (Factoru Overhead)
Ketiganya akan dialokasikan ke perkiraan Barang dalam proses dengan angka yang sudah diiktisarkan terlebih dahulu, sedangkan perincian mengenai pemakaian bahan, upah langsung atau biaya fabrikase dapat dilihat dari kartu pekerjaan (job cust sheet). Pencatatan ke job cost sheet diambil dari bon-bon pengeluaran bahan kartu waktu yang memuat perinciannya. Setelah pekerjan selesai, maka data ini diiktisarkan sehingga dapat diketahui biaya per unit. Data tersebut sebagai dasar untuk memuat jurnal dengan cara mendebit perkiraan Hasil selesai (Fishing goods) dan mengkredit perkiraan Barang dalam proses (work in prosess). biasanya didalam pelaksanaanya, setiap order berisi beberapa jumlah pemakaian bahan, upah langsung dan biaya fabrikase yang di alokasikan dicatat dalam sebuah kartu pesanan.

HASIL SELESAI DAN HARGA POKOK PENJUALAN

Perkiraan hasil selesai merupakan perkiraan pengendali (controlling account) disebabkan angka yang dicatat ke dalam perkiraan ini hanya merupakan khtisar dari buku besar pembantu (subsidiary ledger) yang mempunyai perkiraan-perkiraan untuk tiap-tiap barang barang yang dihasilkan. perkiraan yang mecatatat setiap barang yang dihasilkan dinamakan buku besar hasil selesai (finished goods ledger or stock ledger). karena itu tiap perkiraan dalam buku besar pembantu hasil selesai menyediakan kolom-kolom untuk dikirim dan total biaya dan biaya perunit untuk persediaan hasil selesai yang masih ada bentuk perkiraan dalam buku besar.



Referensi :

Senin, 11 Mei 2020

Membangun strategi layanan manajemen sistem informasi Untuk meningkatkan Kualitas Pelayanan Bagi Masyarakat

Sistem Informasi Manajemen
 Davis dan Olson (1985) mengemukakan bahwa sistem merupakan keseluruhan yang kompleks dan teratur, suatu rancangan atau gabungan dari bagian yang membentuk suatu kesatuan menyeluruh. Untuk memberikan gambaran konseptual komunikasi informasi yang berkualitas, perlu memiliki ukuran tentang informasi itu sendiri. Seperti dikemukakan Supriyono (2008) bahwa ukuran untuk mengetahui berkualitas atau tidaknya informasi bersifat:
·         akurat – benar dan sesuai realitas
·          Pengaruh Sistem Informasi… (Farid Bintoro Aji; Edi Abdurachman) 1091 tepat waktu – tidak terlambat dan baru serta masih segar
·          relevan – informasi yang bermanfaat bagi pemakainya merupakan koreksi terhadap informasi sebelumnya.
Dalam setiap organisasi, informasi merupakan bahan pokok bagi pembuatan keputusan. Informasi dapat menyokong penuh bagi pembuatan keputusan apabila berlangsung dalam sebuah sistem. Kebutuhan organisasi dalam sistem informasi berkaitan dengan teknik pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan dengan mudah menemukan kembali saat diperlukan serta penyaluran informasi. Sebuah sistem informasi melakukan semua pengolahan transaksi yang perlu untuk organisasi serta memberikan dukungan informasi dan pengolahan untuk fungsi manajemen termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Manfaat sebuah sistem yang teintegrasi adalah menurunkan biaya koordinasi, biaya proses, kecepatan waktu pemrosesan dan keakuratan serta kehandalan data yang diproses. Hasil keluaran dari sebuah implementasi pengembangan sistem informasi manajemen (SIM) dapat ditinjau melalui sisi proses pengembangan, biaya pengembangan, kegunaan dan fitur-fitur yang disediakan oleh sebuah SIM, sistem operasi pendukung sistemnya, dan keterintegrasian sistem..

Tingkat Kinerja Pelayanan
Kinerja atau sering dikenal sebagai performance berkaitan dengan pengelolaan atau manajemen suatu organisasi dalam upaya mencapai tujuan yang telah disepakati. Karena kinerja berkaitan dengan kepengelolaan, istilah manajemen kinerja seringkali dijumpai jika dibandingkan dengan istilah kinerja secara parsial. Manajemen kinerja merupakan salah satu kebutuhan bagi setiap organisasi untuk dijalankan dengan mengutamakan bentuk kerjasama dalam organisasi secara harmonis dan terpadu terhadap penyelenggara organisasi baik sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan, dengan orientasi kepada proses pelaksanaan dan hasil serta evaluasi yang dicapai.
Kepuasan pengguna akan jasa layanan akan meningkat apabila persepsi pengguna layanan akan seluruh atau sebagian unsur-unsur tersebut meningkat (memenuhi harapan/expectation). Menurut Albrecht & Zemke (2001), kualitas pelayanan publik merupakan hasil interaksi berbagai aspek, yaitu sistem pelayanan, sumber daya manusia, sumber pelayanan, strategi dan pengguna jasa layanan/pelanggan. Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat deviasi antara progress yang direncanakan dengan kenyataan. Apabila terdapat deviasi berupa progress yang lebih rendah, perlu dilakukan langkah-langkah untuk memacu kegiatan agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Seberapa jauh tujuan tersebut dapat dicapai mencerminkan hasil kerja atau prestasi kerja dan seringkali dinyatakan sebagai kinerja organisasi dan menunjukkan performa organisasi.

Kepemimpinan
Kepemimpinan diperlukan manusia karena adanya keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia. Di satu pihak manusia terbatas kemampuannya untuk memimpin, di pihak lain ada orang yang mempunyai kelebihan kemampuan untuk memimpin. Di sinilah awal timbulnya 1092 ComTech Vol.2 No. 2 Desember 2011: 1089-1098 pemimpin dan kepemimpinan. Konsep dan pengertian kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan otorita dan pembuatan keputusan dan sebagai suatu bentuk inisiatip untuk bertindak dan menhasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan Bersama

Kepuasan Masyarakat
Dalam ketentuan yang dikeluarkan Menpan terdapat unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat sebagai berikut:
·     prosedur pelayanan, yaitu kemudahan pelayanan yang kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan
·      persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya
·     kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya)
·      kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku
·      tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan
·     kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat
·      kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan
·      keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu Pengaruh Sistem Informasi… (Farid Bintoro Aji; Edi Abdurachman) 1093 pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani
·     kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah
·      kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan
·      kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan
·      kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
·      kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan
·      keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit pelayanan

ssumber :

Rabu, 06 Mei 2020

METODE FIFO DAN LIFO PADA AKUNTANSI KEUANGAN

Nama               :  Adelia Oktaviani
Kelas                :  2KA27  
NPM                 :  10118126
Dosen                :  Cicilia Erly Isria 
Tugas                 :  Vclass M10
Mata Kuliah       :  Pengantar Akutansi 2

       


     Metode LIFO


Metode LIFO (last in first out) merupakan metode dimana barang yang terakhir masuk akan dikeluarkan atau dijual terlebih dahulu sedangkan untuk barang yang pertama kali masuk akan dikeluarkan atau dijual di kemudian hari. Jadi pencatatan persediaan yang dilakukan pertama kali adalah mencatat barang/persediaan yang terakhir kali masuk. Penggunaan metode LIFO bertujuan untuk memudahkan proses penataan barang baik itu pemasukan maupun pengambilan barang persediaan.
Dengan menggunakan metode LIFO, suatu perusahaan dapat menghemat pajak saat berlangsungnya inflasi. Hal itu dikarenakan laba yang dihasilkan kecil. Selain itu, laba operasi pada perusahaan tidak akan berpengaruh terhadap laba/rugi fluktuasi harga yang terjadi. Meskipun demikian, penggunaan metode ini terbilang lebih rumit dibanding metode lainnya dan biaya pembukuannya lebih mahal serta laba/rugi yang dihasilkan lebih rendah. Contoh penerapan metode LIFO dapat dilihat pada toko baju. Toko baju akan mengeluarkan terlebih dahulu baju dengan tren model terbaru. Baju dengan model terbaru merupakan baju yang terakhir masuk. Jika toko baju mengeluarkan baju yang pertama kali masuk maka di kemudian hari baju yang terakhir kali masuk akan kehilangan tren modelnya karena pasti akan muncul tren model baju terbaru lagi.
Kelebihan :
  • Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah
  • Menghasilkan laba kotor yang tinggi
  • Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi
  • Selama periode inflasi atau kenaikan harga, penggunaan FIFO akan mengakibatkan hal ini, tapi dalam kondisi ekonomi turun, terjadi kebalikannya
  • Nilai persediaan disajikan secara relevan di Laporan Posisi Keuangan
Kekurangan :
  • Pajak yang dihasilkan lebih besar
  • Laba yang dihasilkan kurang akurat

Contoh soal data penjualan dan pembelian persediaan selama tahun 2017 di PT. XY

Menggunakan metode FIFO :

Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang lama/pertama masuk untuk dijual terlebih dahulu. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk.


    Metode FIFO

Metode FIFO (first in first out) merupakan metode dimana barang yang pertama kali masuk akan dijual/dikeluarkan terlebih dahulu sedangkan untuk barang yang terakhir kali masuk akan dijual/dikeluarkan di kemudian hari. Jadi pencatatan persediaan yang dilakukan pertama kali adalah mencatat barang/persediaan yang pertama kali masuk. Nilai persediaan yang disajikan dalam laporan dengan metode FIFO adalah berdasarkan nilai harga yang paling baru.

Penggunaan metode FIFO dapat mengantisipasi masing-masing dari produk agar tidak tersimpan terlalu lama sehingga produk-produk tersebut terhindar dari masa kadaluwarsa/expired. Kelebihan metode FIFO sendiri adalah dapat menghasilkan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah, menghasilkan laba kotor yang tinggi, serta menghasilkan persediaan akhir yang tinggi. Namun disamping itu semua, penggunaan metode FIFO dapat menghasilkan pajak yang besar dan laba yang dihasilkan tidak terlalu akurat.

Contoh penerapan metode FIFO adalah seperti warung, minimarket, ataupun supermarket. Mereka menjual atau mengeluarkan terlebih dahulu produk-produk baik itu makanan kemasan, kemasan kemasan, peralatan mandi, maupun kosmetik yang pertama kali masuk dan untuk produk-produk yang terakhir kali masuk akan disimpan di dalam gudang untuk dikeluarkan di kemudian hari.


Kelebihan LIFO :

·         Mudah membandingkan cost saat ini dengan pendapatan sekarang.
·         Apabila harga naik maka harga barang jadi konservatif.
·         Laba operasional tidak terpengaruh oleh untung atau rugi dari fluktuasi harga.
·         Menghemat pajak.

Kekurangan LIFO :

·         Bertolak belakang dengan aliran fisik persediaan sesungguhnya.
·         Biaya pembukuan menjadi mahal karena metode ini lebih rumit.
·         Laba atau rugi yang dihasilkan lebih rendah.
 Contoh soal data penjualan dan pembelian persediaan selama tahun 2017 di PT. XY

Menggunakan metode LIFO :
Dalam penerapan metode LIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang baru/terakhir masuk untuk dijual terlebih dahulu. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk.




Sumber : 




Minggu, 03 Mei 2020

Forum Pengantar Akutansi 2 (Vclass m9)



Nama               :  Adelia Oktaviani
Kelas                :  2KA27  
NPM                 :  10118126
Dosen                :  Cicilia Erly Isria 
Tugas                 :  Vclass M9
Mata Kuliah       :  Pengantar Akutansi 2


Soal :



Jawaban :


ANALISA WEBSITE DENGAN GOOGLE ANALYTICS

Kelas : 4KA27 Kelompok 4   §   Afilla Putri Sunia (10118268) §   Adelia Oktaviani (10118126) §   Fathan Fauzi (17118679) § ...